Implementasi Kurikulum 2013: Latihan Kepramukaan Bukan Pelajaran Kepramukaan

Kurikulum 2013 menjadikan pendidikan kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK. Pewajiban pendidikan kepramukaan menjadi ekstra kurikuler wajib ini sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru, karena sudah sejak lama pendidikan kepramukaan dijadikan kegiatan ekstra kurikuler wajib di sekolah, terutama Sekolah Dasar. Kebijakan tersebut justru menjerumuskan pendidikan kepramukaan menjadi pelajaran kepramukaan.
Dalam konteks kurikulum 2013 pendidikan kepramukaan diharapkan mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler.
Oleh karena itulah pemerintah mempunyai harapan besar terhadap peran yang dapat dimainkan pendidikan kepramukaan dalam membentuk watak dan kepribadian anak bangsa.
Pendidikan kepramukaan seharusnya berakar pada ideologi kepanduan dunia yang memiliki motto “Be Prepared”, harapannya setiap pandu atau pramuka siap sedia menolong orang di sekitarnya. Motto ini sebenarnya sangat sederhana, namun jika diaplikasikan akan membentuk watak anak dan remaja menjadi orang yang ringan tangan menolong siapa pun juga. Namun demikian motto ini hanya dapat diaplikasikan pada format pendidikan kepramukan yang berbentuk latihan kepramukaan bukan pelajaran kepramukaan. Implementasi dari motto ini sesuai dengan harapan kurikulum 2013 yang menjadikan pendidikan kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib di sekolah.
Persoalannya, selama ini kebijakan mewajibkan siswa sekolah untuk mengikuti pendidikan kepramukaan telah menjadikan latihan kepramukaan menjadi pelajaran kepramukaan. Kebijakan yang awalnya berniat baik untuk membentuk kompetensi sosial peserta didik, malah merusak esensi pendidikan kepramukaan itu sendiri. Masifnya pendidikan kepramukaan menyebabkan hal-hal yang esensial menjadi terlupakan.
Kiranya, pemahaman mengelola satuan pendidikan kepramukaan sesuai dengan ciri kepanduan dapat dikaji dari buku-buku karya MH Takijoeddin, di samping buku karya Baden Powell. MH Takijoeddin mengajarkan kepada pembina bahwa untuk melatih pramuka penggalang dikembangkan mulai latihan regu sebelum latihan pasukan.
Agar latihan regu dan latihan pasukan dapat berjalan dengan baik, maka pembina perlu menyiapkan pimpinan regu yang cakap dan memiliki jiwa kepemimpinan yang mumpuni. Pimpinan regu terdiri dari pemimpin regu dan wakil pemimpin regu. Penyiapan pimpinan regu dilakukan melalui Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru). Pemimpin regu dan wakil pemimpin regu disiapkan kecakapan dan kepemimpinannya oleh pembina yang pada gilirannya mereka akan dapat melatih anggota regunya.
Jadi pada pelaksanaan latihan pasukan penggalang sebenarnya yang melatih tidak hanya pembina pasukan, pimpinan regu (pemimpin regu dan wakil pemimpin regu) juga berkewajiban untuk melatih anggotanya. Proses latihan kepramukaan akan terjadi proses pembelajaran dari, untuk dan oleh peserta didik dibawah bimbingan pembina sebagai orang dewasa.
Disinilah esensi dari latihan kepramukaan: jiwa kepemimpinan dikembangkan, dan pembina bukan satu-satunya sumber belajar. Melalui pola latihan kepramukaan seperti itu jiwa korsa, kompetensi sosial akan dengan mudah dapat dikembangkan. Pembina sebagai pembimbing, bukan sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu dan keterampilannya kepada peserta didik. Hal mana tidak bisa dicapai jika format pendidikan kepramukaan adalah pelajaran kepramukaan.
Namun sayang sangat jarang gugusdepan (baca: sekolah) yang menyelenggarakan latihan kepramukaan diawali dengan Dianpinru. Kebanyakan Dianpinru dilaksanakan pada tingkat kwartir, itu pun biasanya di tingkat Kwartir Cabang, sehingga tidak bisa menjangkau seluruh pimpinan regu yang ada di wilayah kwartirnya. Jika gugusdepan kesulitan untuk menyelenggarakan Dianpinru secara mandiri, bisa dilakukan Dianpinru bersama gabungan beberapa gugusdepan (sekolah). Melalui Dianpinru bersama para pembina bisa berbagi pengalaman tentang aplikasi latihan kepramukaan di pasukannya.
Tulisan MH Takijoeddin juga menginspirasi cara untuk melakukan pencapaian syarat kecakapan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK). Setiap pramuka penggalang tidak lagi merasakan ujian SKU dan SKK seperti ulangan harian di kelas. Karena pada setiap latihan jika seorang penggalang sudah mampu melaksanakan sesuai dengan butir-butir dalam SKU atau SKK pembina bisa langsung memberikan tanda tangan dalam buku SKU/SKK.
Pelantikan penggalang ramu dapat dilakukan pelantikan di rumah dihadiri oleh minimal anggota regu. Uniknya, penyematan tanda kecakapan umum dilakukan oleh ayah atau ibu penggalang yang bersangkutan. Hal ini akan memberikan iklim yang kondusif dalam hubungan orangtua dan gugusdepan/sekolah, dan memberikan pengalaman batin yang luar biasa bagi penggalang.
Selanjutnya, melalui kegiatan langsung praktek dan permainan dalam latihan kepramukaan dipahamkan motto siap sedia (Be Prepared) sehingga akan menjadi ideologi setiap pramuka. Dan hal itu hanya bisa dilakukan melalui proses belajar melalui pengalaman yang meliputi melakukan, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan dan menerapkan. Proses ini tidak bisa dilakukan dalam format pelajaran kepramukaan, tetapi hanya bisa dilakukan dalam format latihan kepramukaan.
Karena itulah sudah saatnya mengawali implementasi kurikulum 2013 dengan melakukan format ulang pengkaderan pembina pramuka dengan memahamkan esensi format latihan kepramukaan di atas. Kembali ke ide dasar pendidikan kepanduan. Jika tidak, pendidikan kepramukaan dikhawatirkan tetap terjebak menjadi pelajaran kepramukaan dan tidak akan pernah memberikan makna dalam pengembangan kompetensi sosial peserta didik.
Dimuat di Harian Bernas Jogja halaman 4, pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2013


Yang Wajib Itu Mendirikan Gugus Depan

Implementasi Kurikulum 2013:
Yang Wajib itu Mendirikan Gugusdepan

Jakarta – Para pengurus kwartir (andalan tingkat nasional, daerah, cabang dan ranting) bertekad terus mendarmabaktikan dirinya untuk kemajuan Gerakan Pramuka. Tekad itu diucapkan dalam acara Ulang Janji yang diadakan di jajaran kwartir daerah dan cabang di Tanah Air pada Selasa (13/08/2013) petang lalu. Acara sakral ini selalu dilakukan satu hari sebelum peringatan Hari
Ulang Tahun Gerakan Pramuka yang jatuh setiap 14 Agustus

“Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma,” demikian Trisatya yang diucapkan para pembina, pelatih dan andalan di seluruh Indonesia saat Ulang Janji.

Satu pekan sebelumnya, ribuan pramuka penggalang, penegak dan pembina di daerah-daerah membantu petugas selama arus mudik Lebaran 2013. Mereka membantu warga lanjut usia dan anak-anak naik ke kereta api, bus dan kapal. Ada pula yang menjadi asisten tim kesehatan atau Dinas Perhubungan. Sementara itu, adik-adik Satuan Karya Pramuka Bhayangkara dan Wirakartika membantu polisi mengatur lalu lintas. Program Karya Bakti Lebaran ini sudah berlangsung sejak 15 tahun lalu.

Puncak peringatan HUT Gerakan Pramuka yang ke-52 kali ini berlangsung di lapangan Pusdiklatnas Cibubur, Jakarta Timur pada Rabu (14/08/2013) petang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka menjadi Pembina Upacara. Peserta upacara adalah pramuka penggalang dan penegak utusan Kwartir Daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Termasuk di dalamnya 20 penggalang, Pasukan Pangeran Jayakarta, Kemayoran, Kwarcab Jakarta Pusat dan 20 penggalang Pasukan Prabu Siliwangi, Kwarcab Depok. Adik-adik usia 11-15 tahun itu adalah anak jalanan yang aktivitas sehari-harinya di Kemayoran dan Depok. Sejak empat tahun lalu, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mendampingi dua pasukan anak jalanan itu dalam program Ticket to Life (TTL). Program ini diinisiasi oleh Asia Pacific Region (APR) World Organization of the Scout Movement.

Latihan pramuka Pasukan Pangeran Jayakarta diadakan di SDN Kebon Kosong 10, Kemayoran, Jakarta Pusat setiap Ahad. Jumlah anggota saat ini ada 16 penggalang putera dan 16 penggalang puteri. Sementara latihan Pasukan Prabu Siliwangi diadakan di SMP Negeri 3 Terbuka, Kwartir Ranting Sukmajaya, Kota Depok dengan anggota berjumlah 35 penggalang.

Peserta upacara HUT Gerakan Pramuka ke-52 lainnya adalah utusan Satuan Karya (Saka) Bakti Husada, Wanabakti, Taruna Bumi, Bhayangkara, Dirgantara, Bahari, Kencana, dan Wirakartika. Selain itu juga 100 pramuka penggalang berkebutuhan khusus (tuna rungu) utusan Kwarda Jakarta. Mereka juga akan memperagakan tarian Nusantara bersama rekan-rekan lainnya.

Tema Hari Pramuka ke-52 kali ini adalah Wujudkan Bangsa yang Berkarakter dan Bermartabat Melalui Gerakan Pramuka. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Azrul Azwar menjelaskan pendidikan kepramukaan sebagai salah satu pilar pendidikan kaum muda Indonesia dituntut untuk dapat lebih berkontribusi secara nyata dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara. “Termasuk dalam menyelesaikan masalah kaum muda,” ujar Kak Azrul.

Menurutnya, ada tiga milestone keberhasilan Gerakan Pramuka dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir ini. Pertama, pencanangan Program Revitalisasi Pramuka oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006. Implikasi dari hal itu adalah pembaharuan sistem pendidikan kepramukaan, kurikulum baru, sistem akreditasi Gudep, serta sertifikasi dan lisensi para Pembina.

Kedua, terbitnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Aturan ini memperkuat legalitas Pramuka di Indonesia. Ketiga, masuknya pendidikan kepramukaan ke dalam Kurikulum 2013 sebagai ekstrakurikuler wajib. Khusus untuk milestone yang ketiga ini, Gerakan Pramuka dapat memahami sepenuhnya latar belakang rencana menjadikan pendidikan kepramukaan sebagai mata pelajaran ekstrakurikulur wajib.

Permasalahan yang dihadapi oleh kaum muda Indonesai pada saat ini memang telah sangat mengkhawatirkan. Hanya saja disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku secara internasional, kata Kak Azrul, Gerakan Pramuka lebih menekankan tidak pada ketetapan wajibnya saja, melainkan bagaimana secara bersungguh-sungguh menggalakkan pendidikan kepramukaan di sekolah. Untuk ini seyogiyanyalah yang diwajibkan bukan mengikuiti pendidikan kepramukaan disekolah, melainkan mendirikan Gugusdepan Gerakan Pramuka di setiap sekolah.

“Sedangkan kehendak untuk meningkatkan cakupan sehingga semua murid sekolah ikut dalam pendidikan kepramukaan, kiranya dapat dicapai melalui dua hal,” kata Kak Azrul. Pertama, mengupayakan pendidikan kepramukaan menarik bagi para siswa. Untuk ini pelbagai faktor penarik (pull factors) harus dapat dilakukan, antara lain menyediakan pembina yang andal, melengkapkan gugusdepan dengan pelbagai sarana dan prasarana pendidikan kepramukaan, serta menyediakan dana operasional gugusdepan.

Kedua, mengupayakan lingkungan sekolah mendorong perkembangan pendidikan kepramukaan. Untuk ini pelbagai faktor pendorong (push factors) harus dapat dilakukan, antrara lain memasukkan pelaksanaan pendidikan kepramukaan dalam akreditasi sekolah, memasukkan aktivitas guru pada penilaian kinerja tahunan, serta memperhitungkan keterlibatan murid dalam kegiatan kepramukaan pada waktu menetapkan siswa teladan.

Rangkaian HUT Gerakan Pramuka ke-52 akan diisi pula oleh acara Tabur Bunga di Tamam Makam Pahlawan Kalibata, makam Jenderal Soeharto dan Ibu Tien Soerharto, makam Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan di perairan Kepulauan Seribu. Selain itu pada 9-14 September akan diadakan Karang Pamitran Nasional yang diikuti 4.000 pembina pramuka utusan 400 kwartir cabang seluruh Indonesia.

Sementara itu pada 3-5 Desember 2013 akan diadakan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pertemuan lima tahun sekali ini akan menetapkan Anggaran Dasar/Rumah Tangga, menyusun Rencana Kerja 2013-2018 dan memilih Ketua Kwarnas periode 2013-2018. Selain itu akan dibahas terbentuknya dua Satuan Karya (Saka) baru, yakni Saka Kalpataru (kerja sama Kwarnas dengan Kementrian Lingkungan Hidup) dan Saka Pariwisata (Kwarnas dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).